PERADABAN MASA DEPAN ISLAM DI ASIA TENGGARA DAN KERUNTUHAN BARAT
Jika peradaban masa depan adalah Asia, bagaimana dengan Islam. Banyak yang menaruh harapan bahwa peradaban Islam baru dapat muncul dari Asia Tenggara karena beberapa alasan.
Pertama, watak Islam Asia Tenggara berbeda dengan Islam di India Selatan dan Timur Tengah. Penyebaran Islam di Asia Tenggara via pacifica (melalui jalan damai) oleh para pedagang dan wali. Dampaknya, Islam di kawasan ini sangat akomodatif terhadap tradisi dan kearifan lokal, yang pada gilirannya juga mudah beradaptasi dengan gagasan-gagasan yang datang ke dalamnya. Pendeknya, Islam Asia Tenggara adalah Islam yang demokratis.
Kedua, seperti disinggung di muka, Asia Tenggara juga sangat menjanjikan dengan pertumbuhan ekonomi dan politik yang lebih stabil ketimbang di kawasan lain, seperti Timur Tengah. Ini penting karena dengan jumlah penduduk yang besar, GDP Asia Tenggara juga akan meningkat, seperti dalam kasus China. Demikian pula dengan stabilitas politik, Asia Tenggara dapat menjadi tempat damai. Seperti dikemukakan Bassam Tibbi (1995), “kedamaian agama mengandaikan kedamaian domestik.” Dengan kata lain, Islam yang damai sudah semestinya menampilkan Asia Tenggara yang damai.
Pertanyaannya, bagaimana dengan munculnya Islam radikal di kawasan ini?
Menurut pendapat Iik Mansoorn (2009: 222-262) bahwa kemunculan gerakan-gerakan seperti itu umumnya lahir dari kawasan lain, yang dikenal gerakan transnasional, seperti Wahabisme, Salafisme dan sebagainya. Lebih jauh, gerakan-gerakan semacam itu hanya memperoleh tempat di kalangan kelompok kecil masyarakat. Karena itu, Islam radikal sesungguhnya bukan pola tetap Islam Asia Tenggara, tetapi sebuah anomali yang bersifat sesaat.
Masyarakat Muslim Asia Tenggara pada dasarnya bertemperamen demokratis, dan Islam yang berwatak demokratis dan toleranlah yang akan berhasil di masa mendatang. Harapan serupa dikemukakan Bassam Tibbi (1995), yang melihat Islam di Asia Tenggara dapat menjadi model bagi peradaban Islam dalam transisi menuju abad ke-21. Meskipun begitu, ia mengingatkan bahwa harapan seperti itu sepenuhnya bergantung pada Muslim yang hidup di kawasan ini, apakah akan memanfaatkan peluang tersebut, atau menyia-nyiakannya.
Inilah tanggung jawab kita sebagai Muslim Asia Tenggara. Kita diingatkan oleh al-Quran bahwa bangsa yang unggul memiliki tujuh karakter sebagai berikut (M. Quraish Shihab).
Sebagai berikut:
- Kemantapan persatuannya, seperti diisyaratkan dalam al-Anfal: 46
- Adanya nilai-nilai luhur yang disepakati, seperti disebutkan dalam al-An‘am: 108
- Kerja keras, disiplin dan penghargaan kepada waktu, seperti dalam al-Insyirah: 5-6
- Kepedulian yang tinggi, seperti dalam Ali Imran: 110
- Moderasi dan keterbukaan, seperti dalam al-Baqarah: 143
- Kesediaan berkorban, seperti dalam al-Baqarah: 213
- Ketegaran menghadapi tantangan, seperti dalam al-Nahl: 92
Jika kita mengikuti saran-saran al-Quran ini dan belajar dari pengalaman beberapa negara yang telah dikemukakan di atas, kita dapat membangun peradaban baru yang unggul. Karena itu, melalui konferensi ini diharapkan akan lahir gagasan-gagasan segar yang dapat merumuskan strategi pembangunan peradaban Islam di Asia Tenggara di masa yang akan datang.
Sumber berita:
https://uinsgd.ac.id/giliran-islam-asia-tenggara-peradaban-islam-masa-depan-2/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar