Sering muncul pertanyaan mengenai lebih penting mana antara badan dan jiwa, atau fisik dan psikis? Selama ini belum ada satu orang pun yang memberikan penjelasan secara signifikan terkait itu. Karena keduanya saling membutuhkan dan saling memengaruhi dalam proses berlangsungnya kehidupan manusia. Mafhum, badan (materi) manusia memerlukan yang namanya jiwa (imateri) sedangkan jiwa manusia membutuhkan badan sebagai wadah untuk berekspresi.
Gelaja penyakit mental atau psikologis di antaranya adalah depresi, stres, perasaan cemas, was-was dan frustasi. Dalam literatur tasawuf penyakit jiwa atau lebih sering disebut dengan penyakit hati di anataranya ialah riya’ (pamer), ‘ujub (bangga diri), iri hati dan dengki. Ilmu tasawuf memandang, penyakit hati sama berbahayanya dengan penyakit fisik seperti batuk, pusing, gatal-gatal, sariawan dn lain-lain. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad, “Yang aku khawatirkan terhadap umatku adalah riya’ dan syahwat yang tersembunyi.”
Apa itu tasawuf? Tasawuf merupakan salah satu jalan yang berupaya mengantarkan manusia pada Tuhannya melalui proses penyucian jiwa, hati, dan pengendalian hawa nafsu. Selain itu, juga disertai dengan pola hidup yang sederhana dengan menjaga jarak dari hal yang bersifat materi duniawi, yang disebut dengan zuhud. Implementasi tasawuf untuk kehidupan di antaranya ialah meningkatkan moralitas, meningkatkan etos kerja, serta mencapai kesejahteraan psikologis.
Apa itu psikologi? Secara garis besar, psikologi merupakan ilmu yang mengamati perilaku-perilaku manusia dan mempelajari proses mental atau kejiwaan dari manusia. Psikoterapi sebagai teknik terapi psikologis yang dipakai ilmu psikologi dalam peyembuhan penyakit mental, depresi, frustasi, stres, dan membantu dalam penyesuaian diri, serta sebagai teknik dalam memperoleh kesehatan jiwa.
Hadirnya tasawuf di tengah-tengah masyarakat mampu dijadikan filter dalam menjalani kehidupan serta menjadi pemasok nilai-nilai moralitas dan spiritualitas. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah memberikan dampak positif dan negatif pada kehidupan manusia. Apabila kita tidak mampu mengikuti dan melakukan filterisasi, maka akan memunculkan permasalahan psikologis, seperti kecemasan, frustasi, depresi serta kehampaan sisi spiritualitas.
Sumber:
https://www.kurungbuka.com
0 komentar:
Posting Komentar