Tarekat
Naqsandiyah, seperti juga tarekat yang lainnya mempunyai tata cara ritual
tersendiri, sebagai berikut:
- Husy
dar dam,
“sadar diwaktu bernafas” suatu latihan dimana seseorang harus
menjaga diri dari kekhilafan dan kealpaan ketika keluar masuk nafas,
supaya hati selalu merasakan kehadiran Allah. Hal ini dikarenaka setiap
keluar masuk nafas yang hadir beserta Allah, memberikan kekuatan spiritual
dan membawa orang lebih dekat kepada Allah. karena kalau orang lupa dan
kurang perhatian berarti kematian spiritual dan mengakibatkan orang akan
jauh dari Allah.
- Nadzar
bar qadam, “menjaga
langkah” seorang murid yang sedang menjalani khalwat suluk ,
bila berjalan harus menundukkan kepala, melihat ke arah kaki. Dan apabila
duduk, tidak memandang ke kiri atau ke kanan. Sebab memandang kepada
keaneka ragaman ukiran dan warna dapat melalaikan orang lain dari
mengingat Allah, selain itu juga supaya tujuan-tujuan yang (rohaninya)
tidak dikacaukan oleh segala hal yang berada di sekelilingnya yang tidak
relevan.
- Safar
dar wathan,
“ melakukan perjalanannya di tanah kelahiran”, maknanya adalah melakukan
perjalanan batin dengan meninggalkan segala bentuk ketidaksempurnaannya
sebagai manusia menuju kesadaran akibat hakikatnya sebagai makhluk yang
mulia. Atau maknanya adalah berpindah dari sifat-sifat manusia yang rendah
kepada sifat-sifat malaikat yang terpuji.
- Khalwat
dar anjuman,”
sepi di tengah keramaian”, khalwat bermakna menyepinya seorang murid,
sementara anjuman dapat berarti perkumpulan tertentu.
Berkhalwat terbagi menjadi dua bagian, yaitu:
a. Khalwat
lahir, yaitu orang yang bersuluk mengasingkan diri ke sebuah tempat
tersisih dari masyarakat.
b. Khalwat
batin, yaitu mata hati menyaksikan rahasia kebesaran Allah dalam
pergaulan sesame makhluk.
- Yad
krad,”ingat
atau menyebut” ialah berdzikir terus-menerus mengingat Allah, baik zikir
ism al-dzat (menyebut Allah), maupun dzikir naïf itsbat (menyebut La
ilaha Illa Allah). bagi kaum Naqsabandiyah zikir itu tidak terbatas
dilakukan secara berjamaah ataupun sendirian sesudah shalat, tetapi
terus-menerus supaya di dalam hati bersemayam kesadaran akan Allah yang
permanen.
- Baz
Ghust, “kembali
“, memperbaharui”. Hal ini dilakukan untuk mengendalikan hati agar tidak
condong kepada hal-hal yang menyimpang. Sesudah menghela nafas, orang yang
berzikir itu kembali bermunajat dengan mengucapkan kalimat yang
mulia ilahi anta maqshudi wa ridhaka mathlubi.( ya tuhanku,
engkaulah tempatku memohon dan keridhaanMu lah yang ku harapkan). Sewaktu
mengucapkan zikir, makna dari kalimat ini harus selalu berada di hati
seseorang, untuk mengarahkan perasaannya yang paling halus kepada Allah
semata.
- Nigah
Dasyt,”
waspada”. Ialah setiap murid harus menjaga hati, pikiran, dan perasaan
dari sesuatu walapun sekejap seketika melakukan zikir tauhid. Hal ini
bertujuan untuk mencegah agar pikiran dan perasaan tidak menyimpang dari
kesadaran yang tetap akan Tuhan, dan untuk memelihara pikiran
dari perilaku agar sesuai dengan makna dzikir tersebut.
- Yad dasyt,”mengingat kembali” adalah tawajuh (menghadapkan diri) kepada nur dzat Allah, tanpa kata-kata. Pada hakikatnya menghadapkan diri dan mencurahkan perhatian kepada nur dzat Allah tiada lurus, kecuali sesudah Jana’ (hilang kesadaran) yang sempurna. Tampaknya hal ini semula dikaitkan pada pengalaman langsung kesatuan dengan yang ada (wahdat al-wujud)
Dzikir
Titik
berat amalan penganut Tarekat Naqsandiyah adalah zikir. Zikir adalah
berulang-ulang menyebut nama Allah atau menyatakan kalimat La ilaha
Illa Allah dengan tujuan untuk mencapai kesadaran akan Allah. para
penganut Naqsabandiyah lebih sering melakukan zikir sendiri, tetapi bagi mereka
yang tempat tinggalnya berdekatan dengan syaikh cenderung iktu serta secara
teratur dalam pertemuan dimana majlis zikir dilakukan. Tarekat Naqsabandiyah
mempunyai dua macam zikir, yaitu:
- Zikir
Ism al-dzat,
artinya mengingat nama yang Haqiqi dengan mengucapkan nama Allah
berulang-ulang dalam hati, ribuan kali sambil memusatkan perhatian kepada
Allah.
- Zikir
tauhid, artinya
mengingat keesaan. Zikir ini terdiri atas bacaan perlahan diiringi dengan
pengaturan nafas, kalimat La ilaha Illa Allah, yang
dibayangkan seperti menggambar jalan (garis) memalui tubuh.
Caranya, pertama bunyi La> digambar dari
daerah pusar terus ke atas sampai ke ubun-ubun, kedua. Bunyi ilaha
turun ke kanan dan berhenti di ujung bahu kanan, ketiga, kata
berikutnya illa dimulai dan turun melewati bidang dada
sampai ke jantung, dan ke arah jantung inilah kata terakhir Allah dihujamkan
sekuat tenaga. Orang yang sedang berzikir membayangkan jantung itu
berdenyutkan nama Allah, dan memusnahkan segala kotoran.
Sebagian ulama menyatakan bahwa
zikir anggota tubuh (jawarih) adalah:
- Zikir
mata dengan menangis
- Zikir
telingan dengan mendengar yang baik-baik
- Zikir
lidah dengan memuji Allah
- Zikir
tangan dengan member sedekah
- Zikir
badan dengan menunaikan kewajiban
- Zikir
hati dengan takut dan mengharap
- Zikir
roh dengan penyerahan diri kepada Allah
Terdapat 7 tingkatan zikir dalam
Tarekat Naqsabandiyah:
- Mukasyafah, mula-mula
zikir dengan menyebut Nama Allah dalam hati sebanyak 5000 kali sehari
semalam. Setelah melaporkan perasaan selama berzikir, maka syaikh
menaikkan zikirnya menjadi 6000 kali sehari semalam.
- Lathaif, setelah
melaporkan perasaan yang dialami dalam berzikir itu, maka atas penilikan
syaikh, dinaikkan zikirnya menjadi 7000. Dan demikianlah seterusnya
menjadi 8000, 9000, 10.000 kali sehari semalam. Zikir tersebut dinamakan
lathaif sebagai maqam kedua.
Maqam lathifah-lathifah juga terbagi
menjadi 7 macam, yaitu:
1.Lathifah
al-Qalbi, zikir sebanyak 5000 kali ditempatkan dibawah dada sebelah kiri dan kurang lebih dua jari dari rusuk.
2.Lathifah
al-Ruh, zikir sebanyak 1000 kali di bawah dada kanan, kurang lebih dua jari ke arah dada.
3.Lathifah al-Sirr (1000
kali) dua jari diatas dada
4.Lathifah al-Khofi (1000
kali) diatas dada kanan
5.Lathifah al-Akhfa (1000
kali) di tengah-tengah dada
6.Lathifah al-Nafsi
al-Nathiqah (1000 kali) diatas kening
7.Lathifah al-Kull
al-Jasad (1000 kali) diseluruh tubuh
0 komentar:
Posting Komentar